Penambangan Ilegal Rajuk Ancam Pesisir Belo Laut: Mangrove Luluh Lantak, Warga Resah, Infrastruktur Terancam Roboh


BELO LAUT – Aktivitas penambangan ilegal jenis rajuk user di kawasan pesisir Belo Laut, Bangka Barat, mencapai titik kritis pada Sabtu, 4 Oktober 2025. Penambangan liar ini dilaporkan telah meluluhlantakkan hutan mangrove yang berfungsi sebagai benteng alami pantai, membawa dampak kerusakan ekologis yang parah dan kini secara langsung mengancam keselamatan warga serta infrastruktur vital.
 
Kegiatan penambangan yang menggunakan mesin rajuk (penyedot) tersebut beroperasi tanpa rasa takut hanya sekitar 50 meter dari rumah-rumah warga. Kedekatan lokasi penambangan ini menimbulkan ketegangan dan kekhawatiran yang mendalam di kalangan masyarakat setempat.
 
"Kami sudah sangat resah. Suara mesinnya bising sekali, dan lumpur bekas tambang itu membuat air laut keruh. Jaraknya ini lho, cuma sepelemparan batu dari dapur rumah saya," ujar seorang warga yang enggan disebut namanya, menggambarkan betapa dekatnya aktivitas penambangan ilegal tersebut dengan kehidupan sehari-hari mereka.
 
Jembatan Jeti Terancam Roboh, Akses Nelayan Terputus
 
Selain mengancam permukiman, erosi besar akibat pengerukan ilegal ini juga berdampak pada infrastruktur penting desa. Jembatan jeti atau dermaga kecil yang selama ini digunakan nelayan untuk bersandar dan aktivitas ekonomi dikabarkan terancam roboh.
 
Penggerusan tanah di sekitar tiang pancang jembatan akibat aktivitas rajuk telah mengikis fondasinya. Jika jembatan ini ambruk, akses nelayan akan terputus, melumpuhkan mata pencaharian utama warga Belo Laut.
 
Kerusakan Mangrove Tingkatkan Risiko Abrasi dan Banjir Rob
 
Kerusakan lingkungan, khususnya hutan mangrove, diprediksi akan meningkatkan risiko abrasi dan banjir rob di masa mendatang. Ekosistem mangrove memiliki fungsi vital sebagai penahan ombak alami dan pelindung garis pantai. Hilangnya mangrove akan membuat pesisir Belo Laut semakin rentan terhadap dampak perubahan iklim dan bencana alam.
 
Desakan Tindakan Tegas dari Masyarakat dan Pegiat Lingkungan
 
Masyarakat dan pegiat lingkungan mendesak aparat penegak hukum serta pemerintah daerah untuk segera turun tangan. Mereka menuntut penghentian total aktivitas rajuk ilegal ini dan penindakan tegas terhadap para pelaku serta beking di belakangnya sebelum kerusakan meluas dan menelan korban jiwa maupun harta benda.
 
“Mangrove itu paru-paru pesisir kami dan pelindung rumah kami. Kalau dibiarkan, tunggu saja, sebentar lagi rumah kami akan jadi korban abrasi,” tutup seorang tokoh masyarakat setempat dengan nada prihatin.
 
Dampak Ekonomi dan Sosial yang Mengkhawatirkan
 
Selain dampak lingkungan, penambangan ilegal ini juga menimbulkan dampak ekonomi dan sosial yang mengkhawatirkan. Kerusakan lingkungan dapat mengganggu sektor perikanan dan pariwisata, yang merupakan sumber pendapatan penting bagi masyarakat Belo Laut. Konflik sosial juga dapat muncul akibat ketidakadilan dan ketidakpastian yang disebabkan oleh aktivitas ilegal ini.
 
Pernyataan dari Pihak Terkait Diharapkan
 
Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari pihak kepolisian maupun pemerintah daerah terkait penindakan aktivitas penambangan ilegal di Belo Laut. Masyarakat berharap agar pihak berwenang segera mengambil tindakan nyata untuk melindungi lingkungan dan masyarakat Belo Laut dari ancaman penambangan ilegal ini.
 
(Tim)
 

Baca Juga
Baca Juga
Lebih baru Lebih lama